Rabu, 11 Februari 2015

Pertanda Orang Berakal

Pertanda Orang Berakal
Rasulullah Saw bersabda:
ﻴﺎ ﺍﺑﻦ ﺃﺪﻡ : ﺃﻄﻊ ﺭﺑﻙ ﺘﺴﻤﻰ ﻋﺎﻗﻼ ﻮ ﻻ ﺗﻌﺼﻪ ﻔﺘﺴﻤﻰ ﺠﺎﻫﻼ .
﴿ﺭﻭﺍﻩ  ﺃﺑﻮ ﻧﻌﻴﻡ ﻋﻥ ﺃﺑﻰ ﻫﺮﻴﺮﺓ﴾

Hai Ibnu Adam! Taatlah kepada Tuhanmu, maka kamu termasuk orang yang berakal, dan jangan ma’siyat kepada-Nya, karena kamu akan di sebut sebagai orang yang bodoh.
(Riwayat Abu Na’im melalui Abu Hurairah r.a.)

Keterangan:

Orang yang taat kepada Tuhannya, dan menjauhi larangan-larangannya di namakan orang yang berakal, karena dia menyadari, bahwa ketaatan kepada Allah pasti akan menguntungkan dirinya sendiri. Ketaatan maupun kedurhakaan makhluq, tidak menambah maupun mengurangi kekuasan dan keagungan Allah, justru makhluq itulah yang membutuhkan Allah dengan menjalankan segala perintah dan menjuahi segala larangan-Nya yang berakibat pada keberuntungan dirinya. Lagipula, orang yang berakal pasti tidak mau berbuat hal-hal yang berakibat membinasakan dirinya. Karena sesungguhnya tidak sekali-sekali Allah melarang sesuatu, melainkan di dalamnya terkandung kemudharatan dan kebinasaan bagi pelakunya.
Akan tetapi, apabila ia durhaka kepada-Nya, di namakan orang yang bodoh, sebab durhaka kepada Allah menyebabkan kebinasaan. Dan hanya orang yang bodoh yang mau menjerumuskan dirinya kepada kebinasaan.

Wallaahu A’lam ..

Kamis, 05 Februari 2015

Keutamaan Berdzikir Hingga Keluar Air Mata

Keutamaan Berdzikir Hingga Keluar Air Mata
Rasulullah Saw bersabda:
ﻣﻦ ﺫﻛﺮ ﺍﷲ ﻓﻓﺎﺿﺖ ﻋﻳﻧﺎﻩ ﻣﻦ ﺧﺷﻴﺔ ﺍﷲ ﺤﺗﻰ ﻴﺼﻴﺏ ﺍﻷﺭﺾ ﻤﻥ ﺩﻤﻮﻋﻪ ﻟﻡ ﻴﻌﺫﺑﻪ ﻳﻭﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻤﺔ .
﴿ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺤﻜﻳﻡ﴾
Barang siapa mengingat Allah hingga kedua matanya menangis karena takut kepada Allah, hingga sebagian dari air matanya itu menetes ke tanah, niscaya Allah tidak akan mengadzabnya di hari kiamat.
(Riwayat Hakim)
Penjelasan:
Orang yang berdzikir mengingat Allah hingga air matanya mengalir membasahi tanah karena takut terhadap siksaan-Nya, penuh rasa harap kepada rahmat-Nya, kelak di hari kiamat ia tidak akan di siksa oleh Allah Swt.
Pengertian dzikir dalam hadits ini adalah dalam keadaan shalat karena dalam kalimat selanjutnya di sebutkan, hingga sebagian dari air matanya mengenai tanah. Hal ini menunjukkan bahwa ia sedang dalam keadaan berdiri atau ruku’ atau sujud.
Dengan kata lain..
Barang siapa yang berdzikir menyesali dosa-dosanya meneteskan air mata dan bukan berdzikir menangis karena kehilangan uangnya atau urusan dunia tapi betul-betul dzikir untuk taubat menyesali dosanya dan tidak akan mengulang perbuatan maksiatnya (tauban nasuha), maka Allah jadikan air mata orang yang bertaubat tersebut mampu memadamkan api neraka.
Wallaahu A’lam..

Bukti Orang Beriman

Bukti Orang Beriman
Rasulullah Saw bersabda:
ﺇﺫﺍ ﺭﺃﻴﺗﻡ ﺍﻟﺭﺟﻞ ﻴﻌﺘﺎﺪ ﺍﻟﻤﺴﺎﺟﺩ ﻔﺎﺷﻬﺩﻮﺍ ﻟﻪ ﺍﻹﻴﻤﺎﻦ .
﴿ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺑﻴﻬﻘﻰ ﻋﻥ ﺍﺑﻰ ﺴﻌﻴﺪ﴾
Apabila kalian melihat seseorang senang mengunjungi masjid-masjid, saksikanlah oleh kalian bahwa ia beriman.
Salah satu tanda seseorang itu beriman ialah ia suka ke masjid untuk menunaikan shalat berjama’ah. Hadits ini menerangkan tentang keutamaan shalat berjama’ah.

10 Hal Kebaikan Di Dalam Shalat

10 Hal Kebaikan Di Dalam Shalat
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi Saw. bersabda:
ﺍﻠﺻﻼﺓ ﻋﻤﺎﺩ ﺍﻠﺪﻴﻥ ﻔﻤﻥ ﺃﻗﺎﻤﻬﺎ ﻔﻘﺩ ﺃﻘﺎﻡ ﺍﻟﺪﻴﻥ ﻭ ﻤﻥ ﺗﺮﻜﻬﺎ ﻔﻘﺩ ﻫﺪﻡ ﺍﻟﺩﻴﻥ .
“Shalat adalah tiang agama, barang siapa menunaikannya, maka ia menegakkan agama. Dan barang siapa mengabaikannya, berarti menumbangkan agama.”
Selanjutnya, Nabi bersabda:
ﻭ ﻔﻴﻬﺎ ﻋﺸﺭ ﺧﺻﺎﻞ : ﺯﻳﻦ ﺍﻠﻮﺟﻪ ﻭ ﻧﻭﺭ ﺍﻟﻘﻟﺏ ﻭ ﺭﺍﺤﺔ  ﺍﻠﺑﺩﻦ ﻭ ﺃﻧﺱ ﻔﻰ ﺍﻠﻘﺑﺮ ﻭ ﻤﻧﺯﻞ ﻟﻟﺮﺤﻤﺔ ﻭ ﻤﻔﺗﺎﺡ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ ﻭ ﺛﻘﻞ ﺍﻟﻤﻴﺯﺍﻦ ﻭ ﻤﺮﺿﺎﺓ ﺍﻟﺭﺏ ﻭ ﺛﻤﻥ ﺍﻟﺟﻨﺔ ﻭ ﺤﺟﺎﺏ ﻤﻥ ﺍﻠﻨﺎﺭ .
“Di dalam shalat, ada 10 perkara. Yaitu: (1) menghiasi muka, (2) menerangi hati, (3) menyenangkan badan, (4) dihibur dalam kubur, (5) turun rahmat, (6) kunci surga, (7) berat timbangan, (8) di senangi Tuhan, (9) harga surga, dan (10) penghalang dari neraka.”

Senin, 02 Februari 2015

10 Proses Menjadi Seorang Mu’min Yang Sempurna

10 Proses Menjadi Seorang Mu’min Yang Sempurna
Nabi Saw. besabda:
ﻻ ﻴﻛﻭﻥ ﺍﻟﻌﺑﺩ ﻔﻲ ﺍﻟﺴﻣﺎﺀ ﻭ ﻻ ﻔﻲ ﺍﻷﺮﺽ ﻤﺆﻤﻧﺎ ﺤﺗﻰ ﻴﻜﻭﻦ ﻭﺻﻭﻻ ﻭ ﻻ ﻴﻛﻭﻥ ﻭﺻﻭﻻ ﺤﺗﻰ ﻴﻜﻭﻦ ﻤﺴﻠﻤﺎ ﻭ ﻻ ﻴﻛﻭﻥ ﻤﺴﻠﻤﺎ ﺤﺗﻰ ﻴﺴﻟﻡ ﺍﻠﻨﺎﺲ ﻤﻥ ﻴﺪﻩ ﻮ ﻟﺴﺎﻨﻪ ﻭ ﻻ ﻴﻛﻭﻥ ﻤﺴﻠﻤﺎ ﺤﺗﻰ ﻴﻛﻮﻦ ﻋﺎﻠﻤﺎ ﻭ ﻻ ﻴﻛﻭﻥ ﻋﺎﻠﻤﺎ ﺤﺗﻰ ﻴﻜﻭﻦ ﺒﺎﻟﻌﻟﻡ ﻋﺎﻤﻼ ﻭ ﻻ ﻴﻛﻭﻥ ﺒﺎﻟﻌﻟﻡ ﻋﺎﻤﻼ ﺤﺗﻰ ﻴﻜﻭﻦ ﺯﺍﻫﺩﺍ ﻭ ﻻ ﻴﻛﻭﻥ ﺯﺍﻫﺩﺍ ﺤﺗﻰ ﻴﻜﻭﻦ ﻮﺭﻋﺎ ﻭ ﻻ ﻴﻛﻭﻥ ﻮﺭﻋﺎ ﺤﺗﻰ ﻴﻜﻭﻦ ﻤﺘﻭﺍﺿﻌﺎ ﻭ ﻻ ﻴﻛﻭﻥ ﻤﺘﻭﺍﺿﻌﺎ ﺤﺗﻰ ﻴﻜﻭﻦ ﻋﺎﺮﻔﺎ ﺑﻨﻔﺴﻪ ﻭ ﻻ ﻴﻛﻭﻥ ﻋﺎﺮﻔﺎ ﺑﻨﻔﺴﻪ ﺤﺗﻰ ﻴﻜﻭﻦ ﻋﺎﻘﻼ ﻔﻰ ﺍﻟﻛﻼﻡ .
“Tidaklah seorang hamba -di langit maupun di bumi- di sebut seorang mu’min, sebelum ia (1) menjadi orang yang banyak bersilaturrahim. Dia tidak menjadi orang yang bersilaturrahim, sebelum dia (2) muslim. Dia tidak menjadi orang muslim, sebelum (3) orang lain merasa aman dari tangan dan lidahnya. Dia tidak menjadi muslim, sebelum dia (4) alim. Dia tidak menjadi alim sebelum dia (5) mengamalkan ilmunya. Dia tidak mengamalkan ilmunya sebelum dia (6)  zuhud. Dia tidak menjadi zuhud, sebelum dia (7) menjadi orang wara’. Dia tidak akan menjadi orang wara’, sebelum dia (8) bersikap tawadhu’. Dia tidak menjadi orang yang tawadhu’, sebelum dia (9) mengenal dirinya sendiri. Dia tidak mampu mengenali dirinya sendiri, sebelum dia (10) berfikir dalam berbicaranya”.
tentang:
J  orang yang banyak bersilaturrahim
yaitu orang yang menyambung tali kekeluargaan, persahabatan, pertemanan, dan sejenisnya, dengan tujuan ridha Allah Swt.
J  orang lain merasa aman dari tangan dan lidahnya
yaitu kapan pun di manapun orang mu’min tersebut berada, maka tidak ada orang yang terdhalimi dengan keberadaannya.
Ketiadaannya banyak orang merasa kehilangan, keberadaannya dinanti, ditunggu sebab banyak memberikan manfaat bagi orang lain terutama ilmu Islamnya yang menjadi pencerah kehidupan orang yang ada di sekitarnya.
J  mengamalkan ilmu
seseorang bertindak melakukan sesuatu, bisa jadi karena pemahamannya tentang sesuatu itu mendorong untuk di lakukan. Sedang pemahamannya, ada karena pengetahuannya. Maka pengetahuan yang berupa ilmu Islam (taat kepada Allah Swt) setiap kali ia dapatkan (memahaminya), ia akan mempraktekkannya. Bahkan setelah praktek tersebut, ia sebarkan (ajarkan) kepada muslim yang lain.
J  zuhud
zuhud terdiri dari 3 huruf, yaitu za’, ha’, dab dzal.
Za’ menunjukkan Zaaadun Lil Ma’aad (bekal menuju akhirat), yaitu bekal taqwa kepada Allah Swt.
Ha’ menunjukkan Hidayah menuju agama, yaitu bimbingan agar berada pada jalan agama Islam.
Dan huruf Dzal, menunjukkan dawaam ‘alath Thaa’ah (konsisten melakukan taat kepada Allah), yaitu langgeng berada pada ketaatan, senantiasa berada dalam keadaan taat kepada Allah dan menjauhi segala larangannya.
J  wara’
adalah menjaga dan menghindari dari hal-hal yang di haramkan, kemudian di gunakan juga untuk menghindari diri dari yang makruh dan mubah.
Jadi, aktivitas orang yang wara’ (dan disebut dengan istilah wira’i) adalah kegiatan yang bersifat wajib dan sunnah (yang terbaik saja).
J  orang yang tawadhu’ (rendah hati)
Sehubungan dengan tawadhu’, Anas bin Malik mengatakan:
Rasulullah Saw. suka: menjenguk orang sakit, mengantarkan jenazah, menunggangi keledai dan menghadiri undangan dari hamba sahaya
diriwayatkan, bahwa Nabi Saw. bersabda (yang artinya):
”Barang siapa yang baik rupanya, berkedudukan yang mengharumkannya, serta rendah hati (tawadhu’), maka dia termasuk orang dekat dengan Allah pada hari kiamat”. (H.R. Abu Nu’aim)
J  Menjadi orang yang arif binafsihi (mengenali dirinya sendiri)
Bagaimana kita mengenali diri sendiri?
Mari kita kembalikan pertanyaan dan persoaln ini kepada al Qur’an. Karena disanalah kita akan menemukan konsep jati diri yang sebenarnya menurut Islam.
Secara umum konsep ini selalu dikaitkan dengan 3 pertanyaan ini.
1.    Siapa saya?
2.    Saya dari mana?
3.    Untuk apa?
4.    Dan mau kemana?
Siapa saya? Dan dari mana?
Dalam al Qur’an surat As-Sajdah ayat 7-9, Allah berfirman:
üÏ%©!$# z`|¡ômr& ¨@ä. >äóÓx« ¼çms)n=yz ( r&yt/ur t,ù=yz Ç`»|¡SM}$# `ÏB &ûüÏÛ ÇÐÈ  
“yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.”
¢OèO Ÿ@yèy_ ¼ã&s#ó¡nS `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ä!$¨B &ûüÎg¨B ÇÑÈ  
“kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.”
¢OèO çm1§qy yxÿtRur ÏmŠÏù `ÏB ¾ÏmÏmr ( Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur 4 WxÎ=s% $¨B šcrãà6ô±n@ ÇÒÈ  
“kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”
Untuk apa?
Dalam al Qur’an surat Adz-Dzarriyyat ayat 56, Allah berfirman:
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ  
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Dan Al-Baqarah ayat 30:
øŒÎ)ur tA$s% š/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkŽÏù `tB ßÅ¡øÿム$pkŽÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB Ÿw tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ  
30. ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Dan mau kemana?
Dalam al Qur’an surat As-Sajdah ayat 19-20, Allah berfirman:
$¨Br& tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏHxåur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# öNßgn=sù àM»¨Zy_ 3urù'yJø9$# KwâçR $yJÎ/ (#qçR%x. tbqè=yJ÷ètƒ ÇÊÒÈ   $¨Br&ur tûïÏ%©!$# (#qà)|¡sù ãNßg1urù'yJsù â$¨Y9$# ( !$yJ¯=ä. (#ÿrߊ#ur& br& (#qã_ãøƒs !$pk÷]ÏB (#rßÏãé& $pkŽÏù Ÿ@ŠÏ%ur öNßgs9 (#qè%rèŒ z>#xtã Í$¨Z9$# Ï%©!$# OçFZä. ¾ÏmÎ/ šcqç/Éjs3è? ÇËÉÈ  
Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, Maka bagi mereka jannah tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang mereka kerjakan.
dan Adapun orang-orang yang Fasik (kafir) Maka tempat mereka adalah Jahannam. Setiap kali mereka hendak keluar daripadanya, mereka dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka: "Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya."
J  Adapun selalu mengfungsikan akal (berfikir) dalam berbicara
Kecenderungan untuk berbicara tanpa berfikir dahulu terwujud melalui banyak cara.
Biasanya itu terjadi ketika pikiran sedang reaktif.
Bila lawan bicara menjadi sasaran dialog yang tidak membuat terdengar nyaman, biasanya dia membalas dengan kata-kata yang bisa berkembang menjadi pertengkaran atau adu argumentasi yang berujung pada debat kusir.
Sungguh penting diam sejenak tanpa berkata-kata setelah orang lain selesai bicara, agar kita pada gilirannya, bisa befikir sebelum berbicara. Yang penting sudah berusaha ramah, penuh perhatian, dan tidak menjadikan diri kita sebagai penghalang.
Wallaahu A’lam..