Rabu, 01 Januari 2014

KONSEP MATERI PENDIDIKAN DALAM AL-QUR AN



KONSEP MATERI PENDIDIKAN DALAM AL-QUR AN

Hj. Mihmidaty Ya’cub


Abstrak: Materi pendidikan adalah bahan ajar  Kedua materi pendidikan tersebut dapat mengantarkan manusia untuk memcapai kebahagiaan dunia dan akhirat sesuai dengan profesinya masing-masing. Sementara ada fihak yang beranggapan bahwa pelajaran agama bersumber dari Al-Qur an dan hadits, sedangkan materi pelajaran umum bersumber dari penemuan para pemikir Barat. Padahal sebenarnya semua ilmu pengetahuan atau materi pendidikan bersumber dari Allah SWT. yang tertulis didalam Al-Qur an dan dijabarkan dalam hadits yang kemudian dikembangkan oleh daya pikir atau akal yang telah dianugerahkan Allah kepada manusia. Hanya saja belum banyak sarjana muslim yang memunculkan hal tersebut. Tulisan ini berusaha menemukan konsep materi pendidikan  dengan meneliti ayat-ayat Al-Qu an dengan menggunakan pendekatan tematik ( maudlu’i ), dengan cara menelusuri ayat-ayat Al-Qur an yang bertema atau berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Penulis mulai dengan ayat-ayat yang berhubungan dengan tarbiyah jismiyah (pendidikan jasmani) kemudian tarbiyah ruhiyah (pendidikan kerohanian) dan tarbiyah aqliyah (pendidikan kecerdasan) serta tarbiyah ijtima’iyah (pendidikan kemasyarakatan).

Kata Kunci:Materi pendidikan, arbiyaht jismiyah,ruhiyah,aqliyah, ijtimi’iyah.

 Pendahuluan
            Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting yang berhubungan dengan kekuasaan Allah kepada manusia, karena sebenarnya pendidik makhluk di alam semesta ini adalah Allah, dengan bukti sebutan lain dari Allah (Tuhan) adalah Rabb (Pendidik), Allah Rabbul ‘aalamiin Allah adalah Pendidik seluruh manusia di alam. Tetapi dalam pelaksanaan riilnya, pendidikan diserahkan kepada manusia yang diberi tugas sebagai khalifah (pengelola/penguasa) di bumi dan Allah memberikan konsep materi pendidikan tersebut dalam Al-Quran telah lengkap untuk kepentingan kesejahteraan hidup manusia di dunia maupun di akhirat.
            Materi pendidikan adalah bahan ajar yang diberikan oleh pendidik, baik secara formal di sekolah maupun non formal di lembaga kursus.  Sedangkan secara informal dalam keluarga dan masyarakat pelaksanannya sangat fleksibel.
            Materi pendidikan berfungsi sebagai bahan dan sekaligus acuan dalam proses pendidikan dan pengajaran, agar pendidikan dan pengajaran dapat mengarah pada tujuan pendidikan yang dimaksud. Dalam hal ini adalah pendidikan Islam, yaitu terwujudnya manusia yang sempurna,  manusia yang mampu mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
            Konsep materi pendidikan dalam Al-Qur an ini penting diketahui oleh para pendidik agar mempunyai dasar yang pasti benar tentang materi ajarnya, dan dapat mengaitkan semua ilmu pengetahuan dengan ajaran dan kekuasaan Allah, sehingga dapat mencetak generasi yang menguasai IPTEK dan IMTAQ.
Masalah Dan Metode Penelitian :
            Masalah yang terjadi dilapangan adalah bahwa di dunia pendidikan terutama pendidikan umum, pelajaran selain agama, seakan-akan tidak ada kaitannya dengan agama: aqidah, syariah dan mu’amalah. Demikian juga pelajaran agama seakan-akan tidak berkaitan dengan masalah sosial,iptek dan lain-lain. Padahal sebenarnya materi-materi pelajaran itu baik umum maupun agama juga bersumber dari Al-Qur an mendorong manusia untuk tetap tunduk pada kekuasaan Allah SWT.
Sedangkan metode penelitian ini adalah menggunakan pendekatan tematik (maudlu’i ), dengan cara menulusuri ayat-ayat Al-Qur an yang bertema atau berhubungan dengan iptek dan imtaq.
MATERI PENDIDIKAN DALAM AL-QUR AN
            Materi pendidikan di dalam Al-Qur an meliputi : tarbiyah jismiyah (pendidikan jasmani), tarbiyah ruhiyah (pendidikan kerohanian), tarbiyah aqliyah (pendidikan kecerdasan), dan tarbiyah ijtima’iyah (pendidikan kemasyarakatan).
Masing-masing akan dibahas dalam uraian berikut :
TARBIYAH JISMIYAH (PENDIDIKAN JASMANI)
            Yang dimaksud tarbiyah jismiyah (pendidikan jasmani) adalah segala macam bentuk bimbingan dan pendidikan yang bertujuan untuk menyehatkan dan menguatkan tubuhnya agar phisik  tumbuh dengan sempurna dan wajar.
            Materi pendidikan ini dimaksudkan agar manusia mampu menghadapi dan mengatasi kesulitan dan tantangan menuju kesempurnaan hidup yang membutuhkan tenaga, kekuatan dan kesehatan, dan agar tidak rawan(menghawatirkan) kondisi tubuhnya dan kesejakteraannya, sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat An-nisa’/4: 9
Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka hawatir terhadap (kesejahteraan) mereka, oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”            Adapun materi pendidikan jismiyah ini meliputi :
  1. Gizi makanan
Gizi makanan adalah kebutuhan pokoh jasmani sejak manusia lahir sampai mati. Sejak lahir anak membutuhkan air susu ibu (asi) sampai berusia dua tahun, sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Baqarah/2: 233 :
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.”
Gizi makanan ini melalui pemberian makan minum (nafkah) oleh orang tua kepada anak, sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran Surat Al-Thalaq/65 : 7
Artinya: “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rizkinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.”
Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Quran yang mengajarkan tentang pentingnya gizi makanan ini bagi anak dari rizki yang baik, yang halal , antara lain dalam Al-Quran surat Al-Baqarah/2:168,172, Al-Maidah/5: 4, 96, Al-An’am/6:141,142, Al-Syu’ara’/26: 79 dan lain-lain.
            Selain perintah Allah untuk makan dan minum dari rizki Allah, Allah juga melengkapi ajaranNya tentang hal-hal yang harus dijauhi (diharamkan) sebagaiman firmanNya dalam Al-Quran surat Al-Maidah/5:3, 90 Al-Baqarah/2:173 dan lain-lain.
  Kesehatan
            Selain gizi makanan, Allah juga mendidik agar manusia tetap sehat. Manusia membutuhkan kesehatan, baik jasmani maupun ruhani, karena manusia diberi kewajiban-kewajiban agama oleh Allah yang hanya dapat dilaksanakan dengan sempurna bila dalam kondisi sehat jasmani dan ruhani, seperti shalat dan haji. Dan bahkan jika tidak sehat ruhani (misalnya gila), maka tidak ada kewajiban melaksanakan perintah agama, karena agama diperuntukkan hanya bagi orang yang berakal sehat.    
            Tentang kesehatan atau penyembuhan ini Allah telah berfirman dalam Al-Quran surat Al-Syu’ara’/26: 80
Artinya : “Dan jika aku sakit, maka Dia (Allah) yang menyembuhkan aku.”
Dan firman Allah Al-Quran surat Al-Nahl/16: 69
Artinya: “Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyambuhkan bagi manusia.”
            Selain kesehatan jasmani sebagaimana tersebut diatas, Allah juga memperhatikan kesehatan ruhani. Sumber dari gangguan kesehatan ruhani adalah tidak adanya ketenteraman jiwa manusia. Maka dalam hal ini Allah memberi solusi yang terbaik agar jiwa manusia senantiasa dalam keadaan tenteram, yaitu dengan dzikir, sebagaimana firmanNya dalam Al-Quran surat Al-Ra’d/13: 28
Artinya: “Orang-orang yang beriman hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat (dzikir) Allah, ketahuilah hanya dengan ingat (dzikir) Allah hati menjadi tenteram.”
 TARBIYAH RUHIYAH (PENDIDIKAN KEROHANIAN)
            Yang dimaksud dengan pendidikan ini adalah segala usaha, pembinaan  latihan dan pendidikan agar manusia memiliki mental yang sehat dan kuat, ter- utama mental agama. Pendidikan ini membawa manusia memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam dan memiliki pengetahuan agama Islam, sehingga menjadi manusia yang bertaqwa pada Allah dan memiliki perilaku budi pekerti yang luhur serta akhlaq yang mulia.
            Adapun materi tarbiyah ruhiyah (pendidikan kerohanian) ini meliputi :
Keimanan
            Yang dimaksud dengan iman adalah percaya tiada Tuhan selain Allah dan membenarkan bahwa Nabi Muhammad sebagai utusan Allah dan apa yang dibawanya itu dari Allah. Dii’tikadkan dengan kepercayaan yang teguh, dengan kepatuhan serta tunduk yang diresapi dalam hati.[1]
            Keimanan ini intinya adalah tauhid, yaitu kepercayaan yang menegaskan bahwa hanya Allahlah yang menciptakan dan mengatur serta mendidik alam semesta ini. Sebagai konsekwensinya, maka hanya Allah itulah satu-satunya yang wajib disembah, dimohon petunjuk dan pertolonganNya.
            Materi keimanan ini dalam Al-Quran sangat banyak, maka sebagian saja yang ditulis dalam uraian ini, antara lain adalah dalam surat Al-Isra’/17: 23
Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua orang tua.”
Dan firman Allah dalam Al-Quran surat Luqman/31: 13
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwakti ia memberi pelajaran kepadanya. Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu kedlaliman yang besar.”
            Selain dua ayat tersebut diatas adalah firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Baqarah/2:163, 255, 285, Al-Nisa’/4:171, Al-Maidah/5:73, Al-Ikhlash/112:1-4.dll.
 Ibadah
            Ibadah adalah penghambakan diri kepada Allah. Ibadah umum adalah semua amalan yang tidak dilarang oleh Allah dan dilakukan dengan tujuan mendapatkan pahala dari Allah, sedangkan ibadah khusus adalah ibadah yang telah ditentukan oleh Allah aturan-aturannya secara rinci.[2]
            Tujuan Allah menciptakan manusia adalah agar mereka menyembah kepada Allah saja. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Dzariyat/51:56
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah atai beribadah kepadaKu.”
Macam-macam materi ibadah antara lain :
. Shalat :
            Allah memerintahkan kepada manusia supaya melaksanakan shalat yang manfaatnya untuk manusia itu sendiri, antara lain mendapatkan pertolongan Allah, memperoleh rizki dari Allah, rahmat Allah, kabahagiaan hidup di dunia dan akhirat, sabagaimana firman Allah surat Al-Baqarah/2:45 (hubungan shalat dengan pertolongan Allah)

Artinya: “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat,dan sesungguhnya (shalat) itu berat kecuali atas orang yang khusyu’.”
Dan firman Allah surat Thaha/29:132 (hubungan shalat dengan rizki)
Artinya: “Dan suruhlah keluargamu shalat dan bersabarlah atasnya. Kami tidak minta rizki padamu, Kamilah yang memberi rizki padamu dan akibat (yang baik) itu bagi orang yang bertakwa.”
Dan firman Allah surat Al-Nur/24:56 (hubungan shalat dengan rahmat Allah)
Artinya: “Dan dirikanlah shalat , tunaikanlah zakat dan taatlah kepada rasul, supaya kalian diberi rahmat.”
            Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah/2: 3 dan dihubungkan dengan ayat 5 menunjukkan bahwa shalat menjadi sarana untuk mendapatkan kebahagiaan hidup. Suart Al-Baqarah/2: 177 menunjukkan bahwa  shalat merupakan sarana untuk menghilangkan rasa takut, hawatir dan sedih. Dan masih banyak lagi ayat-ayat tentang shalat dan manfaatnya yang kurang memungkinkan untuk diutarakan semua dalam tulisan yang singkat ini.
            Selain shalat wajib yang dilaksanakan lima kali sehari semalam, juga di perintahkan shalat sunnah, sebagaimana firman Allah dalam QS.Al-Isra’/17:79
Artinya: “Dan pada sebagian malam hari shalatlah tahajjud sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, semoga Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”
 Zakat.
            Didalam Al-Quran ayat-ayat tentang zakat sering kali bersamaan dengan shalat, sehingga manfaat zakat ini banyak persamaannya dengan shalat, sebagaimana dalam QS.Al-Nur/24:56 zakat berhubungan dengan rahmat Allah,QS.Al-Baqarah/2:  177 zakat merupakan sarana untuk menghilangkan rasa takut, hawatir dan sedih, dan  lain-lain.
            Ayat-ayat tentang zakat sangat banyak dan kurang memungkinkan untuk di tulis semua dalam bahasan yang singkat ini.
            Selain zakat yang merupakan shadaqah wajib, Allah juga mengajarkan shadaqah sunnah yang disebut infaq, sebagaimana firmanNya dalam QS.Al-Baqarah/2: 261:
Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan harta mereka di jalan Allah seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh batang, tiap batang seratus biji.
 Puasa.
            Tujuan Allah mewajibkan manusia melakukan ibadah puasa adalah agar mereka bertaqwa kepada Allah, sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Baqarah/2:183. Dan sifat taqwa inilah yang menyebabkan manusia memiliki sifat-sifat yang terpuji , yaitu suka ber-infak atau shadaqah, memaafkan manusia, menahan marah, menghentikan perbuatan dzalim dan dosa
menghantarkan mereka masuk surga sebagai puncak kebahagiaan yang dicita-citakan seluruh manusia di alam, sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat Ali Imran/3: 233-136.
            Puasa itu sendiri diwajibkan oleh Allah melalui firmanNya dalam QS.Al-Baqarah/2:183. sedangkan ayat 184 Allah menyatakan bahwa orang yang sakit dan bepergian (yang tidak mampu berpuasa) boleh berbuka dan mengqadla dihari-hari selain Ramadlan, tetapi kalau ia kuat puasa (dan ia berbuka), maka ia wajib mengkadla dan membayar fidyah (sehari satu mud),demikian juga bagi wanita yang hamil dan menyusui, jika ia berbuka karena tidak kuat puasa, maka cukup mengkadla ,tetapi jika ia berbuka bukan karena tidak kuat puasa(karena menghawatirkan anaknya), maka wajib qadla dan membayar fidyah.[3] Hal ini berdasarkan firman Allah dalam ayat tersebut yang berbunyi
dan atas orang-orang yang mereka kuat puasa (tetapi dalam udzur ia berbuka),maka ia membayar fidyah memberi makan orang miskin (tambahan dari qadha puasanya).[4]
            Selain puasa wajib, Allah juga mengajarkan puasa sunnah yang disampaikan melalui sunnah rasulNya.
 Haji
            Ibadah haji diwajibkan oleh Allah kepada manusia seumur hidup sekali, dan ibadah haji selebihnya adalah sunnah. Kewajiban manusia menunaikan ibadah haji difirmankan oleh Allah dalam QS. Ali Imran/3: 97
Artinya: “Mengerjakan ibadah haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke baitullah.” (orang yang sanggup mendapatkan bekal, transportasi,sehat dan aman dalam perjalanan).[5]
Dan surat Al-Baqarah/2:196-203, Al-Hajj/22: 27-29 yang berisi aturan-aturan pelaksanaan ibadah haji dan umrah.
 Akhlaq
            Akhlaq adalah perangai, budi pekerti yang mencakup lahiriyah dan batiniyah, mencakup hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia. Dengan kata lain, akhlaq adalah kepribadian atau sikap mental dan kehidupan jiwa manusia.
            Inti ajaran Islam ialah mengadakan bimbingan bagi kehidupan mental dan jiwa manusia, dalam hal inilah terletak hakikat manusia, sikap mental dan kehidupan jiwa inilah yang menentukan bentuk kehidupan lahir.
            Nabi Muhammad SAW. diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlaq ummat manusia di dunia.[6] Akhlaq manusia cenderung untuk surut atau mundur jika tidak dibarengi dengan ajaran agama dan suri tauladan dari seorang Nabi, karena manusia mempunyai nafsu yang cenderung mengajak pada keburukan dan adanya syetan yang pekerjaannya menggoda manusia. Maka diutusnya seorang Nabi untuk diikuti dan diteladani, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ahzab/33: 21 Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan ia banyak dzikir pada Allah.”
Karena Rasulullah berbudi pekerti yang agung, sesuai dengan surat Al-Qalam/54: 4
Artinya: “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
 Membaca Al-Quran
Al-Quran adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. dengan perantaraan Malaikat Jibril. Ia juga merupakan sumber ajaran agama Islam yang pertama, maka ummat Islam wajib membacanya agar mengetahui, memahami dan meresapi serta melaksanakan ajaran-ajarana agama Islam sebenar-benarnya. Allah berfirman dalam QS.Al-Muzammil/73: 4
Artinya: “Dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan (tartil).”
Dan Firman Allah dalam surat Al-A’raf/7: 204
Artinya: “Dan apabila Al-Quran dibaca, maka dengarkanlah dan perhatikan dengan tenang agar kalian mendapat rahmat (Allah).”
 Al-Hadits
            Al-Hadits adalah perkataan, perbuatan, sifat dan ketetapan Nabi Muhammad SAW.[7] Ia juga merupakan sumber ajaran agama Islam yang kedua setelah Al-Quran. Ummat Islam wajib berpedoman pada hadits Nabi ini, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Hasyr/59: 7

Artinya: “Dan apa-apa yang disampaikan oleh Rasul kepadamu, maka ambillah (ikutilah) dan apa-apa yang kalian dicegah olehnya melakukan sesuatu, maka tinggalkanlah.”
 TARBIYAH AQLIYAH (PENDIDIKAN KECERDASAN)
            Tarbiyah ‘aqliyah adalah pendidikan untuk memberikan kecerdasan dan ketrampilan. Aspek intelektual adalah termasuk salah satu sisi kejiwaan manusia yang harus dipupuk, didorong dan dilatih serta dikembangkan untuk mencapai kesejahteraan hidup manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Materi pendidikan kecerdasan ini meliputi:
Membaca dan menulis
Wahyu pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. adalah tentang membaca dan menulis. Firman Allah surat Al-‘Alaq/96:1-5
Artinya: “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah ,dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan qalam (baca tulis).Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”
            Maka belajar membaca dan menulis itu wajib bagi manusia, karena dengan kemampuan baca-tulis manusia akan dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang banyak dan luas.
Berhitung
            Didalam Al-Quran meskipun tidak secara sharih (jelas) membicarakan tentang hitungan, tetapi ayat-ayat dalam Al-Quran banyak yang menyebutkan tentang bilangan atau jumlah, misalnya QS. Al-Mulk/67:3 tentang tujuh langit, Al-Sajdah/32: 4 tentang enam hari penciptaan langit dan bumi, ayat 5 tentang satu hari yang lamanya  seribu tahun, Al-Taubah/9:35 tentang jumlah bulan dalam satu tahun ada dua belas, Al-Baqarah/2:282 tentang dua orang saksi kalau lelaki dan empat orang kalau perempuan.
            Banyaknya bilangan-bilangan atau hitungan-hitungan dalam ayat-ayat Al-Quran ini memberi pelajaran bahwa manusia harus menguasai masalah hitungan ini.
Dalam Al-Quran memang ada kata hisab yang artinya menurut bahasa adalah hitung pada surat Al-Isra’/17:12 dan Yunus/10: 5, tetapi yang dimaksud dalam hal ini adalah hitungan hisab dalam ilmu falak. Ayat ini juga mengajarkan pentingnya menguasai hitungan.
 Biologi
            Biologi merupakan salah satu bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari perkembangan dan pertumbuhan makhluq hidup. Ilmu ini tersirat dalam Al-Quran pada beberapa ayat, antara lain QS.Al-Mu’minun/23:12-14, Al-Fathir/35:11, Al-Furqan/25:54, Al-An’am/6:141,143,144,Al-Ghasyiyah/88:17, Al-Nahl/16:68-69,Al-A’raf/7:57, Al-Zumar/39: 6,dll.
            Dalam surat Al-mu’minun/23:12-14, Allah menerangkan tentang proses kejadian manusia sejak dari saripati tanah, sperma dan ovum, segumpal darah, segumpal daging, tulang belulang yang dibungkus kulit, dimasukkan ruh kedalamnya sampai lahir menjadi manusia. Surat Al-Fathir/35:11dan Al-furqan/25:54 menguatkan kejadian manusia yang diterangkan dalam surat Al-Mu’minun. Sedangkan Al-An’am/6:141, Al-A’raf/7: 57 menerangkan tentang kejadian tumbuh-tumbuhan dan ayat 143dan 144 serata Al-Ghosyiyah/88:17 menerangkan tentang kehidupan binatang ternak sapi, unta dan kambing. Dan surat Al-Nahl/18:68-69 menjelaskan tentang binatang lebah yang menghasilkan madu.
 Sedangkan Al-Zumar/39:6 mengajarkan bahwa dalam rahim ibu terdapat tiga lapis endometrium, myemetrium dan perimetrium.[8]
Fisika
            Fisika juga merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang Allah mendorong manusia untuk mempelajarinya guna kesejahteraan hidup  manusia. Materi tentang fisika ini tercantum dalam Al-Quran surat Al-Anbiya’/21:30
Artinya: “Bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya.”
 Ayat ini menjelaskan bahwa  langit dan bumi asal dahulunya menjadi satu kemudian dipisahkan oleh Allah,  Al-Rahman 7 menyiratkan tentang gravitasi (gaya berat),  Al-Anbiya’/21:104 menerangkan expanding universe (penuaian alam semesta), Al-An’am/6:125 mengisyaratkan tentang ruang hampa di angkasa luar.[9]
 Kimia
Materi kimia yang tercantum dalam Al-Quran antara lain adalah surat Al-Nahl/16: 67, Artinya: “Dan dari buah-buahan kurma dan anggur, mereka ada yg membuatnya menjadi minuman keras dan (ada yang menjadikannya) rizki yang baik.”
            Dalam proses perubahan dari bentuk kurma dan anggur menjadi minuman keras, akan terjadi peristiwa kimiawi.
            Ayat lain tentang kimia ini adalah dalam surat Al-Furqan/25:53 dan Al-Fathir/35:12, keduanya menerangkan tentang adanya air laut yang asin dan air laut yang tawar. Hampir tidak ada air laut yang tawar, hal ini merupakan tantangan bagi ahli kimia untuk membuktikan tentang penyebab ketawarannya itu.
Astronomi
            Ayat-ayat Al-Quran tentang astronomi dapat ditemukan dalam surat Al-Anbiya’/21: 32
Artinya: “Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara (berjalannya dengan teratur dan tertib).”
Dan firman Allah dalam QS.Al-Anbiya’/21: 33
Artinya: “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar dalam garis edarnya.”
Serta firman Allah dalam surat Al-Fathir/35:13
Artinya: “Dia memasukkan malam kedalam siang dan memasukkan siang kedalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan.”
            Ayat-ayat ini mengisyaratkan suatu fakta ilmiah yang ditemukan oleh para astronom bahwa matahari, bumi, bulan dan planet yang lain bergerak di ruang angkasa luar dengan kecepatan dan arah tertentu.[10]
              Ayat lain yang mendorong mempelajari astronomi adalah surat Al-Rum/30: 46 yang menerangkan tentang angin yang dapat menggerakkan kapal laut, Al-Rum/30 48 menjelaskan tentang proses terjadinya hujan, demikian juga surat Al-A’raf/7: 57.
 Ilmu falak
            Ilmu falak adalah salah satu ilmu yang kegunaannya untuk mengetahui tanggal, jam, hari, bulan, tahun, waktu shalat, arah qiblat dan lain-lain. Ilmu ini menjadi sangat penting ketika manusia berusaha untuk menentukan awal bulan Ramadlan, Syawwal, Dzul-hijjah dan muharram karena menyangkut penentuan peristiwa yang sangat penting di bulan itu yang disebut dengan hisab.
            Allah mengajarkan ilmu ini dalam surat Al-Isra/17:12 dan Yunus/10:5 bahwa Allah menjadikan matahari dan bulan yang bersinar dan Dia menetapkan peredarannya menurut manzilah-manzilah (kedudukan masing-masing), agar manusia dapat mengetahui bilangan tahun dan hisab.
 Ekonomi
            Allah juga mengajarkan kepada manusia supaya mempelajari ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, antara lain tertulis dalam Al-Quran surat Al-Nisa’/4:29 tentang jual beli:


Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian makan harta diantara kalian dengan cara yang salah (bathil) kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku dengan suka sama suka”
 Dan firman Allah surat Al-Baqarah/2: 282
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman apabila kamu bermu’amalah (jual beli, hutang, sewa dll.) tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.”
 Ilmu pengetahuan dan teknologi
            Allah menekankan kepada manusia agar menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, karena dengan dua hal itu manusia dapat menembus, menguasai kehidupan di bumi dan di langit, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Rahman/55: 33
Artinya: “Hai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus(meneliti)”
penjuru langit dan bumi, maka tembuslah (telitilah), kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (ilmu pengetahuan dan teknologi).
            Ayat ini memberi pelajaran bahwa manusia harus berpacu manguasai ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mencapai kemajuan dan kebahgiaan hidup yang maksimal di dunia, dan bagi ummat Islam, kemajuan hidup di dunia ini untuk menghantarkan mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan di akhirat.
            Dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi ini diharapkan manusia dapat berkiprah dan bekerja sesuai dengan profesi masing-masing, agar mendapatkan hasil yang maksimal sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Isra’/17: 84

Artinya: “Katakanlah: tiap-tiap orang bekerja menurut profesinya.”
TARBIYAH IJTIMA’IYAH (PENDIDIKAN KEMASYARAKATAN)
            Tarbiyah ijtima’iyah (pendidikan kemasyarakatan) ini adalah membimbing manusia  agar dapat melaksanakan kehidupan sosial kemasyarakatan yang harmonis. Antara lain berupa:
Kepemimpinan
            Allah mengajarkan kepada manusia supaya taat kepada pemimpin. Pemimpin tertinggi adalah Allah kemudian Rasul kemudian orang (misalnya orang tua, suami, presiden, direktur, ketua, guru, pengurus, dll.) atau instansi (misalnya DPR, MPR, MA, dll) yang diserahi mengatur urusan ummat.Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Nisa’/4: 59
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul dan yang mempunyai urusan (ulil amri) di antara kalian, kemudian jika kalian berlawanan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnah).”
            Dalam ketaatan kepada pemimipin ini tidak mutlak, tetapi ada batasnya.
Batas tersebut adalah aturan atau hukum Allah dan Rasulnya, dalam arti jika pemimpin tersebut bertentangan dengan aturan atau hukum Allah, maka tidak boleh ditaati. Sebagaimana firman Allah dalam surat Luqman/31: 15
Artinya: “Dan jika keduanya (orang tua) memksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang kau tidak tahu tentang itu, maka janganlah kau taati mereka.”
 Munakahat (pernikahan)
            Munakahat atau pernikahan juga diajarkan oleh Allah dalam Al-Quran. Karena untuk melestarikan kehidupan manusia dan menjaga kemulyaan dan kehormatan derajat manusia serta menyempurnakan kebahagiaan hidup manusia.
Materi tersebut antara lain dalam surat Al-Rum/39:21 dan Al-Nisa’/4:3 tentang pernikahan, Al-Baqarah/2:133 tentang persusuan, Al-Nisa’/4:34 tentang hak dan kewajiban suami isteri, Al-Baqarah/2:226 tentang sumpah ila’ (sumpah tidak mengumpuli isteri), Al-Baqarah/2: 227-232, 236-237 tentang perceraian dan masa iddahnya, demikian juga surat Al Thalaq/65:4. Kemudian Al-Baqarah/2:234,240 tentang cerai mati, Al-Nisa’/4:11-14 tentang pembagian harta waris yang telah diatur secara rinci oleh Allah dalam ayat tersebut, mengingat manusia sifatnya sangat mencintai harta, agar tidak terjadi persengketaan, saling menuntut sampai ke pengadilah atau bahkan saling bunuh. Hal ini tersirat dalam surat Al-Baqarah/2:188 tentang larangan memakan harta dengan cara salah (bathil) sampai mengajukannya ke pengadilan agar bisa memiliki atau memakan harta orang lain dengan cara dosa (menghalalkan segala cara).
 Keadilan jender
            Allah yang bersifat Maha Adil, telah menciptakan segala makhluqNya dengan penuh keadilan juga, termasuk penciptaan lelaki dan perempuan. Antara lain dalam surat Al-Taubah/9:71 yang menyatakan bahwa orang-orang mu’min lelaki dan perempuan sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Dalam hal ini tidak ada ketentuan yang lelaki atau perempuan, berarti tergantung kemampuan dan kecakapan dalam kepemimpinannya.
            Kemudian dalam surat Al-Ahzab/33:35 juga dijelaskan tentang keadilan jender ini yaitu bahwa orang Islam lelaki dan perempuan, orang beriman lelaki dan perempuan mempunyai derajat yang sama dihadapan Allah dalam pahala mereka. Demikian juga dalam surat Al-Hujurat/49:13 dinyatakan bahwa Allah menciptakan manusia dari jenis lelaki dan perempuan untuk saling kenal mengenal. Dalam komunikasi saling mengenal ini berarti punya derajat yang sama. Dikuatkan lagi dalam pernyataan berikutnya dalam ayat ini, bahwa orang yang paling mulia di hadapan Allah adalah orang yang paling bertaqwa, ini menunjukkan bahwa lelaki dan perempuan punya kesempatan dan hak yang sama untuk menjadi orang yang paling bertaqwa di sisi Allah.
            Kalau dalam pembagian waris sesuai dengan surat Al-Nisa’/4:11 bahwa perempuan mendapat bagian 1:2 dengan lelaki, ini juga cukup adil, karena Allah memberi kewajiban memberi nafkah dalam keluarga kepada suami (Al-Nisa’/4:34), sehingga 2 bagian tersebut habis untuk nafkah keluarga termasuk isteri juga mendapatkan hak nafkah tersebut. Sedangkan bagian isteri yang hanya satu bagian ini, tidak diberi kewajiban apapun oleh Allah kecuali untuk si isteri itu sendiri atau dishadaqahkan untuk keluarga, itu haknya isteri (perempuan). Disamping itu, suaminya nanti juga mendapat dua bagian dari harta waris keluarganya yang mana isteri juga ikut memiliki ( harta bersama ).
 Hubungan sosial
            Allah mengajarkan juga tentang hubungan sosial di masyarakat agar kehidupan di masyarakat berjalan tenang, tenteram dan harmonis.
Materi tersebut antara lain dalam surat Ali Imran/3:134  yang menerangkan agar manusia suka menafkahkan hartanya kepada sesama, bisa menahan marah dan memaafkan kesalahan manusia. Surat Al-Hujurat/49:10 menetapkan bahwa orang-orang mu’min itu bersaudara, Ayat 11 menjelaskan tentang larangan saling menghina, mencela, memanggil dengna julukan yang buruk, ayat 12 memerintahkan untuk menjauhi buruk sangka, mencari-cari kesalahan orang lain dan menggunjing. Dalam surat Al-‘ashr/103:3 dijelaskan supaya manusia saling berpesan melakukan kebenaran dan kesabaran. Sedangkan surat Al-Mu’minun/23:8 menjelaskan tentang memelihara amanat atau tanggung jawab dan juga menepati janji.
 Jinayat ( pidana )
            Didalam jinayat ini Allah mengajarkan kepada manusia tentang hukuman terhadap pelanggaran aturan Allah  yang meliputi qishash (hukuman balasan setimpal), hudud  atau batasan-batasan hukuman (misalnya dera 100 kali, potong tangan,dll.) dan ta’zir (hukuman agar jera).
            Materi ini tercantum dalam surat Al-Baqarah/2:178 tentang hukuman qishash, surat Al-Nur/24:2 tentang had bagi lelaki dan perempuan yang zina yaitu didera 100 kali, Al-Maidah/5:38 menjelaskan tentang hukuman potong tangan bagi pencuri, Al-Maidah/5:33 menerangkan tentang hukuman bagi orang yang memerangi Allah dan Rasulnya yaitu dibunuh atau disalib atau dipotong tangan
Mereka dan kaki mereka secara silang atau diasingkan dari bumi (dipenjara). Yang terkhir ini contoh hukuman ta’zir.[11]
Penutup
Setelah membahas tentang konsep materi pendidikan dalam Al-Qur an maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Allah Pencipta alam semesta mengajari dan mendidik manusia dengan berbagai materi yang dibutuhkan untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia maupun di akhirat yang telah di tulis dalam Al-Quran, ada yang sudah rinci (misalnya tentang waris), ada juga yang masih sangat gelobal dan penjelasannya berada dalam hadits Nabi (misalnya shalat).
Materi pendidikan dalam Al-Quran meliputi tarbiyah jismiyah (pendidikan jasmani), tarbiyah ruhiyah (pendidikan kerohanian), tarbiyah ‘aqliyah (pendidikan kecerdasan) dan tarbiyah ijtima’iyah (pendidikan kemasyarakatan).
Tarbiyah jismiyah adalah pendidikan jasmani yang meliputi makan minum dalam surat Al-Baqarah/2:168,172,173,233,Al-Thalaq/65:7, Al-Maidah/5:4,96 dan Al-An’am/6:141,142, Al-Syu’ara’/42:79, dan kesehatan dalam surat Al-Syu’ara’/42:80 dan Al-Ra’d/13: 28.
Tarbiyah ruhiyah adalah pendidikan keruhanian yang meliputi keimanan dalam surat Al-Isra’/17:23, Luqman/31:13, Al-Baqarah/2:163,255,285,Al-Nisa’/4:171,ibadah dalam surat Al-Dzariyat/51:56,Al-Baqarah/2:45,177,183, 261,dan Ali Imran/3: 97,akhlaq dalam surat Al-Ahzab/33:21, Al-Qalam/68:4, membaca Al-Quran dalam Al-Muzammil/73:4, Al-A’raf/7:204, Al-Hadits dalam surat Al-Hasyr/59:7
 Tarbiyah ‘aqliyah ialah pendidikan kecerdasan yang meliputi membaca dan menulis dalam Al-Quran surat Al-‘Alaq/96:1-5, berhitung dalam Al-Isra’/17:12 dan Yunus/10:5, biologi dalam Al-Mu’minun/23:12-14, al-fathir/35:11,Al-Nahl/16:68-69,Al-zumar/39:6,Fisika dalam Al-Anbiyah/21:30,104,Al-Rahman/55:7, kimia dalam Al-Nahl/18:67,Al-Furqan/25:53, astronomi dalam Al-Anbiya’/21:32,33, Al-Rum/30:46,48, ilmu falak dalam Al-Isra’/17:12 dan Yunus/10:5, ekonomi dalam Al-Nisa’/4:29,Al-Baqarah/2:282, IPTEK dalam Al-Rahman/55:33.
 Tarbiyah Ijtimaiyah adalah pendidikan kemasyarakatan yang meliputi kepemimpinan dalam surat Al-Nisa’/4:59, Luqman/31:15, munakahat dalam Al- Rum/39:21 Al-Nisa’/4:3, keadilan jender dalam Al-Taubah/9:71,Al-Ahzab/33: 35, hubungan sosial dalam Ali Imran/3:134, Al-Hujurat/49:10, 11, 12, Al-‘Ashr/103:3 dan Al-Mu’minun/23:8, jinayat dalam Al-Baqarah/2:178, Al-Nur/ 24:2, Al-Maidah/5:33,38.
Catatan Akhir:
1 Husain Afandi Al-jasr,Theologi Islam,Alih bahasa Abdai Rathami,Al-Ma’arif,Bandung,hal.7
[1] Nasaruddin Razak, Dienul Islam, Al-Ma’rif,Bandung ,1977,hal 47
[1] Taqiyuddin Abu Bakar Bin Muhammad,Kifayatul Akhyar juz I,Al-Hidayah,Surabaya,TT.,Hal.
   213.
[1] Imaduddin Abil Fida’ Ismail Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir juz I, Sulaiman Maz’I,Singapore     tt, hal 215
[1] Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyrakat Islam dan Penyenggaraan Haji, Bimbingan manasik Haji, Jakarta,2003,hal. 11
[1] Imam Malik, Muwaththa’ Juz I,tt. Hal 94
[1] Shub-hi al-Shalih, Ulumul Hadits wa Musthalahuhu, Dar al-Fikr, Beirut,tt,hal.10
[1] Nasaruddin, Dienul,hal. 94-95
[1] Ibid
[1] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Volume 8,Lentera hati, Jakarta,2002, hal.448
[1] Mahmud Syalthuth, Al-Islam Aqidah wa Syari’ah, Dar Al-Fikr, Mesir,tt,hal. 98








[1] Husain Afandi Al-jasr,Theologi Islam,Alih bahasa Abdai Rathami,Al-Ma’arif,Bandung,hal.7
[2] Nasaruddin Razak, Dienul Islam, Al-Ma’rif,Bandung ,1977,hal 47
[3] Taqiyuddin Abu Bakar Bin Muhammad,Kifayatul Akhyar juz I,Al-Hidayah,Surabaya,TT.,Hal.
   213.
[4] Imaduddin Abil Fida’ Ismail Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir juz I, Sulaiman Maz’I,Singapore     tt, hal 215
[5] Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyrakat Islam dan Penyenggaraan Haji, Bimbingan manasik Haji, Jakarta,2003,hal. 11
[6] Imam Malik, Muwaththa’ Juz I,tt. Hal 94

[8] Nasaruddin, Dienul,hal. 94-95
[9] Ibid

[11] Mahmud Syalthuth, Al-Islam Aqidah wa Syari’ah, Dar Al-Fikr, Mesir,tt,hal. 98

1 komentar: