Minggu, 28 September 2014

Hukuman Yang Disegerakan

Hukuman Yang Disegerakan

Rasulullah Saw. bersabda:

ﺇﺬﺍ ﺃﺭﺍﺪ ﺍﷲ ﺑﻌﺑﺪﻩ ﺍﻟﺧﻴﺮ ﻋﺟﻞ ﻟﻪ ﺍﻟﻌﻗﻭﺑﺔ ﻓﻰ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭ ﺇﺬﺍ ﺃﺭﺍﺪ ﺍﷲ ﺑﻌﺑﺪﻩ ﺍﻟﺷﺭ ﺃﻣﺴﻙ ﻋﻧﻪ ﺑﺬﻨﺑﻪ ﺤﺗﻰ ﻴﻮﻔﻰ ﺑﻪ ﻴﻮﻡ ﺍﻟﻗﻴﺎﻤﺔ 
﴿ﺮﻮﺍﻩ ﺍﻟﻄﺑﺮﺍﻧﻰ ﻋﻦ ﻋﻤﺎﺭ ﺍﺑﻦ ﻳﺴﺎﺭ﴾

Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia menyegerakan hukuman untuknya di dunia, dan apabila Dia menghendaki keburukan bagi hamba-Nya maka Dia menahan hukuman dosanya agar kelak di hari kiamat ia menemuinya.

Penjelasan :

Sahabat pembaca, musibah itu adakalanya untuk membersihkan diri dari dosa. Apabila seorang mukmin tertimpa musibah, maka hal itu sebagai pertanda, bahwa Allah Swt menghendaki kebaikan baginya. Dalam hadits lain juga di sebutkan, yang artinya:
“Bahwa sesungguhnya di antara dosa itu, ada dosa yang tidak dapat di hapuskan kecuali hanya dengan musibah yang menimpa pelakunya”.

Musibah ini, merupakan hukuman yang di segerakan untuknya di dunia. Dan kelak apabila ia mati, maka dirinya bersih dari dosa, bersih dari hukuman, di masukkan ke dalam surganya Allah.

Dan begitu pula sebaliknya, bilamana Allah menghendaki keburukan bagi seorang hamba, maka Dia membiarkannya selamat dari hukuman dosanya di dunia ini. Tidak di beri musibah, tidak di beri ujian, tidak di beri cobaan. Makin lama ia hidup di dunia, makin banyak dosa-dosa yang dikerjakannya, sehingga kelak di akhirat nanti pembalasannya yang setimpal. Maka kala itu, tidak ada jalan selamat baginya, dan tempat kembalinya adalah neraka jahannam, neraka Allah.

Allah telah berfirman dalam surat Maryam ayat 84:

ﻓﻼ ﺘﻌﺟﻞ ﻋﻟﻴﻬﻡ  ۖ  ﺇﻨﻣﺎ ﻧﻌﺪ ﻟﻬﻢ ﻋﺪﺍ ۝
Ÿxsù ö@yf÷ès? öNÎgøn=tæ ( $yJ¯RÎ) ãètR öNßgs9 #ttã ÇÑÍÈ

Artinya, “Maka janganlah kamu tergesa-gesa memintakan siksa terhadap mereka, karena Sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti”
(Maryam:84)
Sahabat pembaca, dalam kehidupan manusia tidak ada satupun yang tidak di beri ujian oleh Allah, tidak ada seorangpun yang tidak di beri musibah oleh Allah, semua di beri. Baik itu cobaan yang berupa kesusahan, maupun cobaan pula yang berupa kesenangan. Yang biasanya -pada umumnya-, orang itu kalau di uji dengan susah, dan dengan di uji dengan senang, maka lebih banyak yang lulus di uji dengan susah. Kalau orang di beri ujian susah oleh Allah, maka ia malam hari bangun, shalat tahajjud, dzikir, doa, siang hari puasa, mendekat pada Allah, supaya di hilangkan dari musibah itu. Sehingga Allah membalik musibah itu dengan kesenangan. Allah berfirman dalam surat Ali Imran:184,

ﻓﺎﻧﻗﻟﺑﻮﺍ ﺑﻨﻌﻤﺔ ﻤﻦ ﺍﷲ ﻭﻓﺿﻞ ﻟﻡ ﻳﻣﺴﺴﻬﻡ ﺴﻮﺀ ﻭﺍﺗﺑﻌﻭﺍ ﺮﺿﻭﺍﻥ ﺍﷲ  ۗ  ﻭﺍﷲ ﺫﻮ ﻓﺿﻞ ﻋﻈﻴﻡ ۝
(#qç7n=s)R$$sù 7pyJ÷èÏZÎ/ z`ÏiB «!$# 9@ôÒsùur öN©9 öNæhó¡|¡ôJtƒ Öäþqß (#qãèt7¨?$#ur tbºuqôÊÍ «!$# 3 ª!$#ur rèŒ @@ôÒsù AOŠÏàtã ÇÊÐÍÈ

Artinya, “Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. dan Allah mempunyai karunia yang besar”.
(Ali Imran:184)
Allah maha membalik seperti itu.

Tapi, jika di uji dengan kesenangan, lupa malahan, masyaAllah. Di uji kesenangan, harta banyak, pangkat tinggi, anak-anak (keturunan) yang pintar-pintar, tidak ada problem dalam hidupnya, semuanya baik seluruhnya, berlebih, masyaAllah… akhirnya kekayaannya, kepangkatannya, menambahkan kesombongannya, lalu menolak kebenaran dari Allah, masyaAllah, itu sebenarnya di uji. Di uji juga dengan rezeki banyak, yang di fikir yang macam-macam yang justru yang di larang oleh Allah, itu yang di uji dengan kesenangan. Biasanya ya tidak lulus, karena tidak merasa kalau sedang di uji.

Nah, ujian Allah itu, hukuman Allah itu, cobaan Allah itu, musibah Allah yang di berikan pada orang beriman itu, yang di dunia ini, adalah semata-mata karena maksud baik Allah kepada hambaNya. Karena maksud baik Allah untuk meningkatkan derajat hambaNya. Coba aja sekarang –sebagai contoh-, ada WTS yang kena AIDS, mungkin orang memberi komentar, “Aduh, hiii kasihan sekali orang itu, musibahnya terlalu besar”. Padahal, di balik sakit AIDS, lalu dia tidak lagi melanjutkan profesinya sebagai WTS [PSK], kemudian niat bertobat kepada Allah dengan taubatan nashuha, dengan taubat yang benar-benar bisa menasehati dirinya untuk menyesali dosanya, untuk berjanji kepada Allah tidak akan mengulang, untuk mohon maaf yang sungguh-sungguh untuk rajin beribadah, sehingga, pada akhirnya dia di panggil oleh Allah, insyaAllah masuk surga. Karena sudah taubat.

Sahabat pembaca, pada akhirnya, yang namanya musibah HIV AIDS kepada seseorang -yang ada pada jalan yang kurang benar- itu, menghantarkan ia masuk surga. Itu kan bukti Allah berkehendak baik untuk dia. Kalau Allah tidak berkehendak baik untuk dia, Allah membiarkan saja, tidak di beri ujian, tidak di beri cobaan, malah di beri ni’mat yang berlimpah-limpah, hartanya banyak, hidupnya senang-senang, malah kalau di ajak bertaqwa kepada Allah bangkit kesombongannya, di sebutkan dalam alQur’an surat alBaqarah ayat 206:

ﻭ ﺇﺬﺍ ﻗﻳﻞ ﻟﻪ ﺍﺗﻖ ﺍﷲ ﺃﺨﺫﺗﻪ ﺍﻠﻌﺯﺓ ﺑﺎﻹﺛﻡ ۚ  ﻓﺤﺴﺑﻪ ﺟﻬﻨﻢ ۚ  ﻭﻟﺑﺋﺱ ﺍﻟﻤﻬﺎﺩ ۝
#sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% ã&s! È,¨?$# ©!$# çmø?xs{r& äo¨Ïèø9$# ÉOøOM}$$Î/ 4 ¼çmç7ó¡yssù æL©èygy_ 4 }§ø¤Î6s9ur ߊ$ygÏJø9$# ÇËÉÏÈ  

Artinya,”dan apabila dikatakan kepadanya: "Bertakwalah kepada Allah", bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya”.
(al Baqarah: 206)
Itu karena oleh Allah tidak di beri musibah, ujian, tapi di beri enaak terus, tidak di kasih hukuman di dunia, sehingga menjadikannya tidak mau taat kepada Allah, di kira hidupnya sudah cukup bahagia di dunia ini. Melupakan bagaimana pertanggung jawaban hidup nanti setelah mati, di akhirat itu.

Nah, pada hakikatnya itulah kehidupan itu Kalau Allah menghendaki baik, ternyata malah di beri ujian supaya naik derajatnya.

Bagaimana seseorang itu di uji dengan anaknya yang sangat nakal, dan akhirnya dia itu terkena narkoba?

Bacaan apa supaya tidak di uji seberat itu?

Kembali ke sabda Nabi tadi, bahwa cobaan, ujian, hukuman di dunia, itu adalah karena maksud baik Allah. Anak yang nakaal, mestinya orang tuanya tidak santai-santai kalau anaknya itu nakal, mestinya orang tuanya malam-malam bangun, bangun shalat tahajjud berdoa di bacakan fatihah 41 kali, di awali dengan fatihah pada Rasulullah Saw. dahulu, jadi 42 kali. Dan pada kalimat,

ﺇﻴﺎﻚ ﻧﻌﺑﺪ ﻮﺇﻴﺎﻚ ﻧﺴﺗﻌﻴﻥ ۝
x$­ƒÎ) ßç7÷ètR y$­ƒÎ)ur ÚúüÏètGó¡nS ÇÎÈ

Artinya, “hanya Engkaulah yang Kami sembah[6], dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan[7].”

[6] Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.

[7] Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.
(al Fatihah : 5)
Dia meminta kepada Allah “Ya Allah, minta tolong anak saya kembalikan dia ke jalan yang benar”, kemudian dzikir, doa sungguh-sungguh kepada Allah. Siang hari puasa, supaya anak ini jadi baik. insyaAllah kalau berdoa sungguh-sungguh, akan di kabulkan oleh Allah, lalu di bacakan doa:

... ﺮﺑﻨﺎ ﻫﺐ ﻠﻨﺎ ﻤﻦ ﺃﺯﻮﺍﺟﻨﺎ ﻭ ﺬﺭﻴﺗﻧﺎ ﻗﺮﺓ ﺃﻋﻴﻥ ﻮﺍﺠﻌﻟﻨﺎ ﻟﻠﻤﺗﻗﻴﻦ ﺇﻤﺎﻤﺎ ۝
$oY­/u ó=yd $oYs9 ô`ÏB $uZÅ_ºurør& $oYÏG»­ƒÍhèŒur no§è% &úãüôãr& $oYù=yèô_$#ur šúüÉ)­FßJù=Ï9 $·B$tBÎ) ÇÐÍÈ  

Artinya, "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.
(Ibrahim : 74)

Sahabat pembaca, Allah kalau di mohon, di mintai, Allah Maha Mendengar, maka Allah mengabulkan. Apa yang terjadi? Sudah di bacakan fatihah, di bacakan doanya Nabi Ibrahim as, sudah berusaha malam hari bangun shalat tahajjud, siang hari puasa, berdoa memohon menjadikan anaknya yang sholeh, kembali ke jalan yang benar, maka di kabulkan oleh Allah. Pada akhirnya, anaknya mau bertaubat, mungkin di bawa ke panti rehabilitasi (contoh Inabah) lalu di sana di rehabilitasi, lalu kembali normal, Alhamdulillah, anaknya kembali baik lagi. Sementara orang tuanya? Derajatnya tambah tinggi di hadapan Allah. Karena ia rajin –terbiasa- shalat tahjjud malam hari, rajin puasa siang hari. Yang pada akhirnya ternyata, ujian anak yang nakal, terkena narkoba itu, menjadikan orang tuanya semakin tinggi derajatnya di hadapan Allah. Nah, hal ini kan bisa di katakan ‘Anaknya mengangkat derajat orang tuanya’, hanya saja –meskipun- dengan ujian yang menyusahkan.

Makanya, kalau mengawasi anak-anak benar-benar jangan sampai terkena narkoba meskipun sudah di kembalikan ke rehabilitasi, lalu sembuh, tapi sembuhnya tidak 100% seperti sediakala. Yang jelas, narkoba, khamr, kenapa di haramkan? Karena merusak akal, kecerdasan, yang akhirnya –jika sembuh- akalnya tidak bisa kembali ke normal seperti sediakala, sebegitu besar bahayanya, maka oleh Allah di haramkan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar