Hukuman Yang Disegerakan
Rasulullah Saw. bersabda:
ﺇﺬﺍ ﺃﺭﺍﺪ ﺍﷲ ﺑﻌﺑﺪﻩ ﺍﻟﺧﻴﺮ ﻋﺟﻞ ﻟﻪ ﺍﻟﻌﻗﻭﺑﺔ ﻓﻰ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭ
ﺇﺬﺍ ﺃﺭﺍﺪ ﺍﷲ ﺑﻌﺑﺪﻩ ﺍﻟﺷﺭ ﺃﻣﺴﻙ ﻋﻧﻪ ﺑﺬﻨﺑﻪ ﺤﺗﻰ ﻴﻮﻔﻰ ﺑﻪ ﻴﻮﻡ ﺍﻟﻗﻴﺎﻤﺔ
﴿ﺮﻮﺍﻩ ﺍﻟﻄﺑﺮﺍﻧﻰ ﻋﻦ
ﻋﻤﺎﺭ ﺍﺑﻦ ﻳﺴﺎﺭ﴾
Apabila
Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia menyegerakan hukuman untuknya
di dunia, dan apabila Dia menghendaki keburukan bagi hamba-Nya maka Dia menahan
hukuman dosanya agar kelak di hari kiamat ia menemuinya.
Penjelasan
:
Sahabat pembaca, musibah itu adakalanya untuk membersihkan
diri dari dosa. Apabila seorang mukmin tertimpa musibah, maka hal itu sebagai pertanda, bahwa Allah Swt menghendaki
kebaikan baginya. Dalam hadits lain juga di sebutkan, yang artinya:
“Bahwa sesungguhnya di antara dosa itu, ada dosa yang tidak
dapat di hapuskan kecuali hanya dengan musibah yang menimpa pelakunya”.
Musibah ini, merupakan hukuman
yang di segerakan untuknya di dunia. Dan kelak apabila ia mati, maka dirinya
bersih dari dosa, bersih dari hukuman, di masukkan ke dalam surganya Allah.
Dan begitu pula sebaliknya,
bilamana Allah menghendaki keburukan bagi seorang hamba, maka Dia membiarkannya
selamat dari hukuman dosanya di dunia ini. Tidak di beri musibah, tidak di beri
ujian, tidak di beri cobaan. Makin lama ia hidup di dunia, makin banyak
dosa-dosa yang dikerjakannya, sehingga kelak di akhirat nanti pembalasannya
yang setimpal. Maka kala itu, tidak ada jalan selamat baginya, dan tempat
kembalinya adalah neraka jahannam, neraka Allah.
Allah telah berfirman dalam
surat Maryam ayat 84:
ﻓﻼ
ﺘﻌﺟﻞ ﻋﻟﻴﻬﻡ ۖ ﺇﻨﻣﺎ ﻧﻌﺪ ﻟﻬﻢ ﻋﺪﺍ
xsù ö@yf÷ès? öNÎgøn=tæ ( $yJ¯RÎ) ãètR öNßgs9 #ttã ÇÑÍÈ
Artinya,
“Maka janganlah kamu tergesa-gesa
memintakan siksa terhadap mereka, karena Sesungguhnya Kami hanya menghitung
datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti”
(Maryam:84)
Sahabat pembaca, dalam kehidupan manusia tidak ada satupun
yang tidak di beri ujian oleh Allah, tidak ada seorangpun yang tidak di beri
musibah oleh Allah, semua di beri. Baik itu cobaan yang berupa kesusahan,
maupun cobaan pula yang berupa kesenangan. Yang biasanya -pada umumnya-, orang
itu kalau di uji dengan susah, dan dengan di uji dengan senang, maka lebih
banyak yang lulus di uji dengan susah. Kalau orang di beri ujian susah oleh
Allah, maka ia malam hari bangun, shalat tahajjud, dzikir, doa, siang hari
puasa, mendekat pada Allah, supaya di hilangkan dari musibah itu. Sehingga
Allah membalik musibah itu dengan kesenangan. Allah berfirman dalam surat Ali
Imran:184,
ﻓﺎﻧﻗﻟﺑﻮﺍ
ﺑﻨﻌﻤﺔ ﻤﻦ ﺍﷲ ﻭﻓﺿﻞ ﻟﻡ ﻳﻣﺴﺴﻬﻡ ﺴﻮﺀ ﻭﺍﺗﺑﻌﻭﺍ ﺮﺿﻭﺍﻥ ﺍﷲ
ۗ ﻭﺍﷲ ﺫﻮ ﻓﺿﻞ ﻋﻈﻴﻡ
(#qç7n=s)R$$sù 7pyJ÷èÏZÎ/ z`ÏiB «!$# 9@ôÒsùur öN©9 öNæhó¡|¡ôJt Öäþqß (#qãèt7¨?$#ur tbºuqôÊÍ «!$# 3 ª!$#ur rè @@ôÒsù AOÏàtã ÇÊÐÍÈ
Artinya,
“Maka mereka kembali dengan nikmat dan
karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti
keridhaan Allah. dan Allah mempunyai karunia yang besar”.
(Ali Imran:184)
Allah maha membalik seperti
itu.
Tapi, jika di uji dengan kesenangan, lupa malahan,
masyaAllah. Di uji kesenangan, harta banyak, pangkat tinggi, anak-anak
(keturunan) yang pintar-pintar, tidak ada problem dalam hidupnya, semuanya baik
seluruhnya, berlebih, masyaAllah… akhirnya kekayaannya, kepangkatannya,
menambahkan kesombongannya, lalu menolak kebenaran dari Allah, masyaAllah, itu
sebenarnya di uji. Di uji juga dengan rezeki banyak, yang di fikir yang
macam-macam yang justru yang di larang oleh Allah, itu yang di uji dengan
kesenangan. Biasanya ya tidak lulus, karena tidak merasa kalau sedang di uji.
Nah, ujian Allah itu, hukuman Allah itu, cobaan Allah itu,
musibah Allah yang di berikan pada orang beriman itu, yang di dunia ini, adalah
semata-mata karena maksud baik Allah kepada hambaNya. Karena maksud baik Allah
untuk meningkatkan derajat hambaNya. Coba aja sekarang –sebagai contoh-, ada
WTS yang kena AIDS, mungkin orang memberi komentar, “Aduh, hiii kasihan sekali
orang itu, musibahnya terlalu besar”. Padahal, di balik sakit AIDS, lalu dia
tidak lagi melanjutkan profesinya sebagai WTS [PSK], kemudian niat bertobat
kepada Allah dengan taubatan nashuha, dengan taubat yang benar-benar bisa
menasehati dirinya untuk menyesali dosanya, untuk berjanji kepada Allah tidak
akan mengulang, untuk mohon maaf yang sungguh-sungguh untuk rajin beribadah,
sehingga, pada akhirnya dia di panggil oleh Allah, insyaAllah masuk surga.
Karena sudah taubat.
Sahabat pembaca, pada akhirnya, yang namanya musibah HIV
AIDS kepada seseorang -yang ada pada jalan yang kurang benar- itu,
menghantarkan ia masuk surga. Itu kan bukti Allah berkehendak baik untuk dia.
Kalau Allah tidak berkehendak baik untuk dia, Allah membiarkan saja, tidak di
beri ujian, tidak di beri cobaan, malah di beri ni’mat yang berlimpah-limpah,
hartanya banyak, hidupnya senang-senang, malah kalau di ajak bertaqwa kepada
Allah bangkit kesombongannya, di sebutkan dalam alQur’an surat alBaqarah ayat
206:
ﻭ
ﺇﺬﺍ ﻗﻳﻞ ﻟﻪ ﺍﺗﻖ ﺍﷲ ﺃﺨﺫﺗﻪ ﺍﻠﻌﺯﺓ ﺑﺎﻹﺛﻡ ۚ
ﻓﺤﺴﺑﻪ ﺟﻬﻨﻢ ۚ ﻭﻟﺑﺋﺱ ﺍﻟﻤﻬﺎﺩ
#sÎ)ur @Ï% ã&s! È,¨?$# ©!$# çmø?xs{r& äo¨Ïèø9$# ÉOøOM}$$Î/ 4 ¼çmç7ó¡yssù æL©èygy_ 4 }§ø¤Î6s9ur ß$ygÏJø9$# ÇËÉÏÈ
Artinya,”dan apabila dikatakan kepadanya: "Bertakwalah
kepada Allah", bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa.
Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. dan sungguh neraka Jahannam itu
tempat tinggal yang seburuk-buruknya”.
(al
Baqarah: 206)
Itu karena oleh Allah tidak di beri musibah,
ujian, tapi di beri enaak terus, tidak di kasih hukuman di dunia, sehingga
menjadikannya tidak mau taat kepada Allah, di kira hidupnya sudah cukup bahagia
di dunia ini. Melupakan bagaimana pertanggung jawaban hidup nanti setelah mati,
di akhirat itu.
Nah, pada hakikatnya itulah kehidupan itu
Kalau Allah menghendaki baik, ternyata malah di beri ujian supaya naik
derajatnya.
Bagaimana seseorang itu di uji dengan anaknya
yang sangat nakal, dan akhirnya dia itu terkena narkoba?
Bacaan apa supaya tidak di uji seberat itu?
Kembali ke sabda Nabi tadi, bahwa cobaan,
ujian, hukuman di dunia, itu adalah karena maksud baik Allah. Anak yang nakaal,
mestinya orang tuanya tidak santai-santai kalau anaknya itu nakal, mestinya
orang tuanya malam-malam bangun, bangun shalat tahajjud berdoa di bacakan
fatihah 41 kali, di awali dengan fatihah pada Rasulullah Saw. dahulu, jadi 42
kali. Dan pada kalimat,
ﺇﻴﺎﻚ ﻧﻌﺑﺪ ﻮﺇﻴﺎﻚ ﻧﺴﺗﻌﻴﻥ
x$Î) ßç7÷ètR y$Î)ur ÚúüÏètGó¡nS ÇÎÈ
Artinya,
“hanya Engkaulah yang Kami sembah[6], dan
hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan[7].”
[6]
Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan
oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena
berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.
[7]
Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan
bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan
dengan tenaga sendiri.
(al Fatihah : 5)
Dia meminta kepada Allah “Ya
Allah, minta tolong anak saya kembalikan dia ke jalan yang benar”, kemudian
dzikir, doa sungguh-sungguh kepada Allah. Siang hari puasa, supaya anak ini
jadi baik. insyaAllah kalau berdoa sungguh-sungguh, akan di kabulkan oleh
Allah, lalu di bacakan doa:
... ﺮﺑﻨﺎ ﻫﺐ ﻠﻨﺎ ﻤﻦ ﺃﺯﻮﺍﺟﻨﺎ ﻭ ﺬﺭﻴﺗﻧﺎ ﻗﺮﺓ ﺃﻋﻴﻥ ﻮﺍﺠﻌﻟﻨﺎ ﻟﻠﻤﺗﻗﻴﻦ
ﺇﻤﺎﻤﺎ
… $oY/u ó=yd $oYs9 ô`ÏB $uZÅ_ºurør& $oYÏG»Íhèur no§è% &úãüôãr& $oYù=yèô_$#ur úüÉ)FßJù=Ï9 $·B$tBÎ) ÇÐÍÈ
Artinya,
"Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada
Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan
Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.
(Ibrahim : 74)
Sahabat pembaca, Allah kalau di mohon, di mintai, Allah Maha
Mendengar, maka Allah mengabulkan. Apa yang terjadi? Sudah di bacakan fatihah,
di bacakan doanya Nabi Ibrahim as, sudah berusaha malam hari bangun shalat
tahajjud, siang hari puasa, berdoa memohon menjadikan anaknya yang sholeh,
kembali ke jalan yang benar, maka di kabulkan oleh Allah. Pada akhirnya,
anaknya mau bertaubat, mungkin di bawa ke panti rehabilitasi (contoh Inabah)
lalu di sana di rehabilitasi, lalu kembali normal, Alhamdulillah, anaknya
kembali baik lagi. Sementara orang tuanya? Derajatnya tambah tinggi di hadapan
Allah. Karena ia rajin –terbiasa- shalat tahjjud malam hari, rajin puasa siang
hari. Yang pada akhirnya ternyata, ujian anak yang nakal, terkena narkoba itu,
menjadikan orang tuanya semakin tinggi derajatnya di hadapan Allah. Nah, hal
ini kan bisa di katakan ‘Anaknya mengangkat derajat orang tuanya’, hanya saja
–meskipun- dengan ujian yang menyusahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar