Jumat, 21 Februari 2014

Hamba Yang Di Kehendaki Baik Oleh Allah

Hamba Yang Di Kehendaki Baik Oleh Allah

ﺇﺬﺍ ﺃﺮﺍﺪ ﺍﷲ ﺑﻌﺑﺪ ﺧﻳﺭﺍ ﻓﻗﻬﻪ ﻓﻰﺍﻟﺪﻳﻥ ﻮﺯﻫﺩﻩ ﻓﻰ ﺍﻟﺪﻨﻴﺎ ﻭﺑﺻﺭﻩ ﻋﻴﻭﺑﻪ
﴿ﺭﻮﺍﻩ ﺍﻟﺑﻳﻬﻗﻰ ﻋﻦ ﺃﻧﺱ﴾

Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, maka Dia membuatnya memahami agama dan membuatnya berzuhud terhadap duniawi, lalu Dia memperlihatkan kepadanya aib-aib dirinya.
(Riwayat Baihaqi melalui Anas r.a.)

Penjelasan :

Sahabat pembaca, bilamana Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba-Nya, niscaya Allah memberinya petunjuk untuk dapat memahami agama karena agama akan membawanya kepada kebaikan, ketentraman, kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dan niscaya Allah menjadikannya sebagai orang yang berzuhud terhadap duniawi karena dunia itu pasti lenyap, sedangkan pahala amal saleh tetap dan kekal di sisi-Nya. Hal ini tidaklah heran mengingat pemahaman agamanya yang mendalam sehingga harta duniawi menurut pandangannya tiada artinya di bandingkan dengan pahala ukhrawi. Bila Allah memberinya rezeki yang banyak, ia sampai kepada tingkatan zahid, niscaya ia akan dapat melihat aib dan kekurangan- kekurangan yang ada pada dirinya, lalu segera ia bertaubat dan memperbaiki dirinya.
Hadits ini menerangkan tentang keutamaan belajar agama, berzuhud terhadap masalah duniawi, dan memperbaiki diri dengan amal-amal sholeh untuk menutupi aib/celanya.

Kalau orang faham tentang agama, maka insyaAllah semua urusannya baik. Semua urusannya akan di lakukan berdasarkan petunjuk Allah, akan menyerahkan semua kesulitannya kepada Allah. Allah berfirman:
ۚ ﻭ ﺃﻓﻭﺽ ﺃﻤﺮﻯ ﺇﻠﻰ ﺍﷲ ۚ ... ۝

Artinya, “… dan aku serahkan urusanku kepada Allah, …” (Q.S.Ghafir: 44).

Itu orang yang faham agama, orang yang punya ilmu. Orang yang punya ilmu mendapatkan musibah, dengan orang yang tidak punya ilmu mendapatakan musibah, maka akan sangat jauh kondisi jiwanya.

Sahabat pembaca, orang yang punya ilmu mendapatkan musibah ia segera kembali kepada Allah yang mentaqdirkannya, bahwa Allah memberi musibah kepada orang yang taat beriman kepadaNya, akan memberi 3 hal, yaitu:
1.      Akan di ampuni dosanya
2.      Akan di angkat derajatnya
3.      Dan akan di kabulkan doanya

Sahabat pembaca, maka ia paham kalau musibah, ujian, di berikan kepada hambanya itu, untuk meningkatkan kelasnya, sama dengan kalau kita sekolah, kuliah, lalu harus ujian untuk naik kelas. Tapi, kalau orang yang tidak bertaqwa kepada Allah, tidak punya ilmu agama,  ia di beri ujian,  masyaAllah, bisa-bisa ia akan putus asa, stress, bunuh diri, hidup sengsaranya seperti ini, terlalu berat, aku tidak kuat menanggungnya, mungkin seperti itu, karena ia tidak melihat, bahwa Allah akan menyayanginya, bahwa Allah akan menolongnya, dan itu pasti, karena Allah tidak pernah ingkar janji. Allah akan menyayangi manusia yang taat kepadaNya.

Lalu dia di beri perasaan zuhud. Zuhud itu dari sisi bahasa, itu benci. Benci itu, bukan benci meninggalkan, maksudnya benci, tidak memusatkan perhatiannya untuk dunia. Sebagai ilustrasi, ada 2 orang: yang 1 kaya, yang 1 nya lagi, miskin. Yang miskin itu membawa tempat kemana-mana, di bawa untuk meminta-minta. Yang di pikir itu hanya orang ngasih uang, uang, uang, uang. Yang satunya yang kaya itu, justru ia zuhud pada dunia, kekayaannya di pakai hanya untuk taat kepada Allah saja. Bukan untuk menuruti nafsunya, maka di nilai oleh Allah orang yang kaya itu, orang yang zuhud, orang yang baik hati terhadap dunianya. Sedangkan yang minta-minta kemana-mana bawa tempat untuk minta-minta, yang di pikir uang, uang, uang, uang, bagaimana caranya dapat uang, bagaimana … dan seterusnya. Bukan zuhud, yang 
mencintai dunia, meskipun dia tidak punya apa-apa.

Jadi zuhud itu, tidak berarti miskin, lalu orang yang cinta dunia tidak berarti mesti kaya, zuhud justru orang yang tidak memusatkan perhatian hidupnya untuk harta, tapi di pusatkan perhatiannya untuk Allah, justru Allah yang memberi kekayaan padanya. Karena Allah janji, jika manusia mengutamakan Allah, maka Allah akan mengutamakan manusia itu.

Seperti itu, maka, orang-orang yang baik, ia akan zuhud, bahasa lain zuhud adalah hati-hati, hati-hati masalah dunia, tidak mengambil kalau bukan haknya, tidak membawa pulang masuk ke dalam rumah kalau bukan yang halal, saking hati-hatinya. Begitu bangun tidur, yang di ingat adalah saya harus segera beribadah kepada Allah,  bangun tidur kemudian ia segera untuk bersuci, lalu shalat, mungkin shalat tahajjud, mungkin shalat shubuh, bukan begitu bangun tidur lalu “bagaimana pekerjaan tadi malam selesai apa belum… dst. Adalah harta. Maka jadilah fakir, butuh harta, perasaan itu ada.

Nah, kemudian juga di tampakkan aibnya. Di perlihatkan aibnya. Orang yang baik itu merasa bahwa dirinya masih banyak salah, bukan orang yang merasa “aku loh yang terbaik (apik dewe – jawa)” bukan itu. Tapi orang yang merasa dirinya masih salah, shalat saya masih belum bisa khusyu’, shadaqah saya belum bisa banyak, saya belum bisa mennyenangkan orang lain, saya belum bisa berbakti kepada orang tua, saya belum bisa banyak ibadah kepada Allah, saya belum benar baca alQur’an, dan lain sebagainya. Ia masih merasa kurang, merasa aib, merasa cela, sehingga Karena ia merasa aib itu, merasa cacat itu, ia selalu meningkatkan prestasi kebaikannya, Karena ia merasa belum banyak, belum baik, belum benar. Nah, itu orang baik, belum banyak ilmu, akam merasa seperti itu.

Bukankah setiap orang, semakin ia belajar ilmu, semakin ia merasa belum mengerti apa-apa. Semakin ia merasa bodoh, lalau ia semakin terus menerus menambah pengetahuannya itu. Orang yang tidak bisa kenyang adalah dengan ilmu, itu yang benar. Maka, terus kita mencari ilmu. Hal-hal yang tidak ada kenyangnya adalah, bumi menerima air, terus di terima meskipun banjir karena kebanyakan, masih di terima masuk ke dalam bumi.

Orang pria wanita sebagai suami istri, saling mencintai, terus sampai kapanpun aka nada cinta itu, termasuk manusia terhadap ilmu, tidak ada kenyangnya. Demikian juga orang yang sangat mencintai harta, tidak ada kenyangnya. Nah, seperti itu,  kita ambil saja yang positif , manusia tidak ada kenyangnya terhadap ilmu Allah. Maka ia akan terus belajar di mana saja, belajar bukan hanya di tempat sekolah, waktu di bangku sekolah saja, waktu kuliah saja, tapi Allah mewajibkan kita untuk belajar dari sejak kecil sampai meninggal dunia. Berarti tidak ada tutup kelas untuk belajar. Bisa melalui buku, melalui Tv, Radio, bisa melalui kajian di masjid, mushollla, di pondok pesantren, di mana saja ia bisa mendapatkan ilmu. Dan ilmu yang membahagiakan adalah ilmu tentang Allah tadi. InsyaAllah tidak akan susah hidup kita. Kalau kita tahu bahwa semuanya di atur oleh Allah sebaik-baiknya, kita tinggal menjalani saja, kita tinggal menerima saja. Kalau dalam pewayangan, kita sebagai wayangnya saja (tinggal ngelakoni sak karepe dalange,  – bahasa jawa) dalangnya itu, Allah. Allah akan mengatur sebaik-baiknya kita harus percaya, kita harus yakin. Kalau tidak yakin, tidak percaya, maka kata merasa hidup dengan hati tertekan, seakan-akan urusan kita, kita tanggung sendiri, padahal di tata oleh Allah.


Seperti itu, Sahabat pembaca. Mudah-mudahan kita bisa di pilih oleh Allah di jadikan orang yang baik, difahamkan ilmu agama, di beri sifat zuhud pada dunia, dan di tampakkakn kekuarangan kita oleh kita sendiri. Sehingga bisa memperbaiki. Aamiin.. ya robbal ‘alamin…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar